Minggu, 12 April 2009

RI impor 500.000 ton patin

JAKARTA: Indonesia masih mengimpor ikan patin 500.000 ton per bulan dari Vietnam lantaran produksi di Tanah Air belum mampu memenuhi permintaan pasar di dalam negeri.

"Saat ini, produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan sendiri masih kurang. Indonesia yang memiliki sumber daya cukup besar, terpaksa harus impor dari Vietnam," ujar Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Martani Huseini di Jakarta, kemarin.

Kondisi itu, katanya, membuat Indonesia belum mampu memenuhi permintaan pasar di luar negeri. Terutama untuk passar AS, Eropa Timur, Timur Tengah, dan Uni Eropa.

Dia mengakui potensi budi daya patin di dalam negeri sangat besar. Kendalanya kekurangan induk, benih, penyediaan pakan, dan kurangnya dukungan perbankan. "Hal ini membuat Indonesia kurang mampu bersaing dengan Vietnam," ujarnya.

Indonesia, menurut dia, masih harus mengimpor pakan ikan dari Cile, harga jual patin belum kompetitif, dan pemerintah daerah yang menaruh perhatian pada budi daya patin masih sedikit. "Ini membuat produksi tersendat," tuturnya.

Harga ikan patin Vietnam, katanya, lebih murah dibandingkan dengan harga patin Indonesia. Harga patin Indonesia Rp17.000, sedangkan harga patin Vietnam hanya Rp9.000 per kilogram.

Menurut dia, tingginya selisih harga ini karena Vietnam memiliki teknologi pembibitan yang lebih unggul dibandingkan dengan Indonesia.

Selain itu, tambahnya, Vietnam juga mengadakan pakan dengan baik. Hal tersebut, membuat ongkos produksi dapat ditekan sehingga harga jual ikan patin Vietnam jauh lebih murah.

Oleh Diena Lestari
Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar