Minggu, 12 April 2009

Patin Pasupati Dari Sukamandi untuk Ekspor



Obsesi DKP untuk mencapai target produksi daging putih pada akhir 2009 sebanyak 200.000 ton tampaknya bukan omong kosong belaka. Dahulu pemenuhan daging putih hanya berasal dari daging Patin jambal, kini dapat dipenuhi juga oleh ‘Patin pasupati’. Nama baru ini merupakan varietas baru hasil persilangan Patin jambal jantan dengan Patin siam betina yang sudah melalui proses perbaikan mutu secara genetik dengan program seleksi (selective breeding) yang dilakukan oleh Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Air Tawar (Loriskanwar) Sukamandi.

TROBOS edisi 82 telah menyinggung kekurangan Patin jambal, yaitu sedikitnya produksi jumlah telur, sementara sperma yang dihasilkan sang jantan banyak. Sebaliknya, jenis Patin siam mempunyai keunggulan banyaknya jumlah telur yang dihasilkan, sedangkan jumlah spermanya sedikit. Patin siam tidak dikembangkan karena dagingnya berwarna merah, yang kurang disukai di pasaran internasional.

Tujuan Utama

“Berbekal pengetahuan mengenai keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing jenis, kita mencoba menyilangkan antara Patin jambal jantan dengan Patin siam betina. Alhamdulilllah hasilnya patin berdaging putih yang dinamakan ‘Patin pasupati’,” terang Sularto, Ketua Tim Peneliti komoditas patin Loriskanwar Sukamandi. Pasupati, akronim dari Patin Super Harapan Pertiwi, telah dirilis Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numbery pada 7 Agustus 2006 lalu.

Tujuan utama persilangan tersebut menurut Sularto, untuk memenuhi kebutuhan benih daging putih. “Karena berharap pada jambal saja, akan sulit menembus target tahun 2009,” ujar Sularto berargumen. Sebagai perbandingan, tambah Sularto, Patin siam mampu menghasilkan telur 300-500 ribu setiap kali bertelur, sementara Patin jambal hanya 50 ribuan. “Dari jumlah itu kita bisa melihat persilangan ini tentu akan lebih memungkinkan pemenuhan kebutuhan benih daging putih,” tandas Sularto.Tetapi, jelas Sularto, Pasupati ini merupakan produk akhir untuk konsumsi. “Jadi tidak ada keturunan dari Patin pasupati,” tuturnya.

Dan guna mencapai ambisi target, Loriskanwar terus melakukan program seleksi Patin jambal sebagai calon induk pejantan untuk produksi benih Patin pasupati. Sementara untuk induk betina Patin siam sudah banyak di masyarakat. Loriskanwar juga masih terus melakukan persilangan untuk mendapatkan hasil varietas patin yang lebih unggul dari Patin pasupati yang ada.

Keunggulan Pasupati

Keunggulan utama Patin pasupati adalah warna dagingnya yang putih. Evi Tahapari, anggota tim peneliti memberi penjelasan terkait kualitas daging, “Kita sudah melakukan uji organoleptik di Jakarta. Hasilnya, antara daging Patin jambal dengan daging Patin pasupati tidak dapat dibedakan. Warna dan teksturnya mirip”. Importir sudah setuju dengan kualitas daging Patin pasupati. “Importir merupakan aspek penting. Jika mereka sudah setuju berarti pasar tak masalah,” kata Evi menambahkan.

Keunggulan lain dari Patin pasupati adalah mempunyai kadar lemak yang rendah. Menurut Sularto, kadar lemak Patin pasupati hanya 14,93%, sementara Patin siam dan jambal masing-masing adalah 18,41% dan 16,86%. “Rendahnya kadar lemak ini cocok dengan keinginan pasar internasional yang biasanya lebih memilih panganan berkadar lemak rendah,” papar Sularto.

Masih menurut Sularto, kelebihan Patin pasupati berikutnya adalah pertumbuhan yang relatif lebih cepat apabila dibandingkan jenis Patin siam dan jambal. Berdasarkan hasil penelitian, laju pertumbuhan relatif Patin pasupati pada saat pembesaran di kolam selama 60 hari sebesar 3,05 sedangkan untuk jenis patin siam dan jambal masing-masing sebesar 2,82 dan 2,87. “Waktu yang diperlukan Patin pasupati untuk mencapai ukuran panen (1 kg) dari benih ukuran 2,5 inci adalah 7 bulan dengan nilai FCR sebesar 1,5,” terang Sularto detail. Ia menambahkan harga ikan patin daging putih saat ini cukup bagus, Rp 8.000-Rp 9.000 per-kg.

Karakteristik Lingkungan

Keberhasilan budidaya Patin pasupati tak lepas dari kondisi lingkungan yang mendukung. Patin pasupati sangat cocok pada kondisi lingkungan yang mempunyai suhu cukup hangat yaitu antara 280-300 C. Bila kurang dari itu biasanya ikan ini mudah terserang penyakit.

Selain itu Patin pasupati juga membutuhkan tingkat kelarutan oksigen yang cukup tinggi. “Untuk budidaya, kadar oksigen terlarut yang diperlukan adalah 3 ppm,” kata Sularto. Karena itu Patin pasupati tidak dianjurkan dibudidayakan di waduk yang padat KJA, karena tidak dapat tumbuh dengan baik akibat kekurangan oksigen.

Sehingga jenis ini sangat cocok dibudidayakan pada kolam yang besar dengan permukaan air yang berombak agar mendapat cukup oksigen. Selain itu, Patin pasupati juga baik dibudidayakan di sungai yang tidak terlalu deras. “Di sungai tidak perlu khawatir dengan kelimpahan oksigen. Tetapi yang perlu diperhatikan, harus berhati-hati saat pertama kali melepas benih ke sungai, agar benih tidak kaget karena adanya perbedaan kondisi air antara tenang dan mengalir,” demikian Evi menjelaskan. Patin pasupati juga dapat dibudidayakan di tambak yang mendapat pasokan air tawar cukup banyak. Menurut Sularto, padat tebar Patin pasupati di keramba 50-75 ekor/m3, sedangkan untuk kolam tanah hanya dianjurkan 10 ekor/m3.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar