Kamis, 17 September 2009

Selamat Gurami di Atas Terpal


INI KEJADIAN 3 TAHUN LALU. GARA-GARA SULIT MENGONTROL FLUKTUASI SUHU KOLAM, H RADI MENUAI RUGI HINGGA RP45-JUTA. SEKITAR 300.000 BIBIT GURAMI UMUR 12 HARI YANG DITEBAR PETERNAK ASAL DESA CAMPAKA, PARUNG, BOGOR, JAWA BARAT, DI KOLAM BETON ITU SELURUHNYA MEREGANG NYAWA DALAM TEMPO 2 HARI. BI BIT SEHARGA RP150 PER EKOR ITU TAK KUAT HIDUP KETIKA TEMPERATUR AIR BERUBAH DINGIN DI MALAM HARI.

Radi hanya peternak tradisional yang cukup mengukur suhu air dengan jari tangan. 'Kalau siang airnya hangat, malam menjadi dingin,' katanya. Meski begitu Radi tahu persis kalau fluktuasi suhu yang tajam antara siang dan malam berarti bencana bagi pembenih seperti dia.

Menurut Dr Hardaningsih MSc, peneliti dari Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, idealnya suhu untuk pembesaran bibit gurami adalah 28-30oC. 'Di luar kisaran itu bibit gampang stres dan mati,' ujarnya. Pada kasus Radi, Hardaningsih menduga suhu air di kolam sekitar 25oC. 'Pada suhu itu tangan yang dimasukkan ke air bisa langsung merasakan dingin,' tambahnya.

Pil pahit yang dirasakan Radi berubah setelah belakangan memakai terpal di kolam untuk meminimalisir fluktuasi suhu. Sejak setahun lalu tingkat kelulusan hidup pembibitan gurami sampai ukuran kotak korek api-sekitar 2 bulan pemeliharaan-mencapai 99%. 'Dengan terpal saya bisa memperoleh 3 kuintal gurami dari penebaran sekitar 300.000 bibit ukuran pentol korek,' katanya.

Terpal

Terpal merupakan bahan plastik kedap air. Sifat itu yang membuatnya berguna sebagai lapisan penahan air di kolam. Kolam terpal sesungguhnya sudah biasa dipakai peternak ikan hias, tetapi pada peternak ikan konsumsi sangat jarang.

Kolam terpal mudah dibuat. Mula-mula disiapkan rangka kolam dari bambu, kayu, dan bata berlapis semen tipis. Besar kecilnya rangka disesuaikan kebutuhan dan kapasitas produksi. Jika tak mau repot bisa langsung menggali tanah lalu melapisinya dengan terpal. Kedalaman kolam 40 cm. Untuk kolam berukuran 4 m x 2 m Radi membutuhkan 2 lapis terpal ukuran 5 m x 3 m. Terpal sebanyak 2 lapis itu dianggap cukup kuat menahan air agar tidak bocor ke luar kolam. Kolam berukuran 4 m x 8 m bisa diselesaikan dalam 2-3 jam.

Agar terpal stabil tak bergeser, ia 'diikat' dengan belahan bambu yang ditangkupkan pada rangka di tepi kolam. Berikutnya, kolam terpal diisi air lalu didiamkan sehari semalam. Selanjutnya kolam dibilas dan diisi air baru setinggi 40 cm sebelum benih gurami seukuran kuku dicemplungkan.

Air dangkal sebenarnya membuat fluktuasi suhu tetap tajam. Oleh karena itu sebelum terpal dipasang, Radi menebar sekam padi secara merata setebal 5-10 cm di dasar kolam. 'Fermentasi sekam membuat dasar kolam tetap hangat di malam hari,' tutur Hardaningsih. Hal serupa sudah dilakukan peternak lele di Kulonprogo, DI Yogyakarta. Mereka menebarkan sekam sebagai alas kolam terpal. Kolam 4 m x 8 m perlu 3 m3 sekam. 'Suhu kolam lebih stabil dengan terpal dan sekam,' kata Wagiran, peternak di Kulonprogo.

Resirkulasi

Meski mudah dikontrol, kedalaman air di kolam yang kurang dari 0,5 m itu membuat kolam tidak mampu menahan oksigen terlarut alias DO terlalu lama. Dalam 6 jam, angka DO di kolam berukuran 2 m x 2 m dengan populasi 2.000-4.000 bibit lepas telur anjlok menjadi 1 ppm dari sebelumnya 5 ppm. Itu terlihat dari kemunculan bibit ke permukaan air untuk menangkap oksigen dari udara.

Untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut, Drs M Sulhi, peneliti di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Sempur, Bogor, menyarankan memasang pompa blower atau aerator yang lazim dipakai di akuarium. Pompa mungil berdaya listrik 15 watt itu mampu menyedot air dari dasar kolam sedalam 40 cm ke dalam ember kapasitas 50 l untuk resirkulasi air. Setiap aerator bisa dipakai untuk kolam berukuran maksimal 5 m x 3 m. Dengan cara ini, paling buruk angka DO tidak akan kurang dari 2 ppm.

Ember sebagai tempat filter biologis diisi ijuk, pasir kasar, dan kerikil, masing-masing berjumlah 20% volume ember. Ember diletakkan di sudut setinggi permukaan kolam. Untuk mengeluarkan air bersih, ember dihubungkan pipa PVC berdiameter 3/4 inci ke arah diagonal penampang kolam. Panjang pipa disesuaikan dengan sisi panjang kolam. Pipa itu dilubangi sebesar 1-2 mm setiap 20-30 cm untuk mengalirkan air ke permukaan kolam. 'Pancuran air menaikkan DO sampai 5 ppm sehingga ikan tidak kekurangan oksigen,' kata Dr Estu Nugroho MSc, peneliti ikan dari Bogor.

Sistem resirkulasi juga mencegah fluktuasi suhu. 'Resirkulasi membantu menghambat laju perubahan suhu air pada waktu siang dan malam,' kata Estu. Itu yang penting. Apalagi sejatinya gurami punya daya tahan hidup pada air dengan kadar oksigen rendah. Musababnya gurami punya labirin yang membuatnya bisa mengambil oksigen dari udara.

Yang pasti kolam terpal dan seperangkat perlakuan yang menyertainya membuat kolam mudah dikontrol. Tingkat sintasan ikan pada pembenihan sampai pembesaran naik. Kerugian seperti diderita Radi pun tinggal cerita. (A. Arie Raharjo)

Sumber: TRUBUS, September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar