Rabu, 16 September 2009

Pembesaran Selicin Kulitnya


Bahan media, kondisi benih, dan ekosistem lingkungan menjadi catatan khusus dalam budidaya belut.

Sekilas pembesaran belut terlihat begitu sederhana dan mudah. Namun kenyataannya tidak demikian. Banyak kasus pengusaha gagal dan rugi besar dalam membudidayakannya. Selain metode pembesaran beranekaragam, ternyata usaha ini memerlukan ketelatenan dan kesabaran. Lalu kiranya hal apa saja yang krusial dan menjadi perhatian khusus dalam usaha pembesaran?



Pilih Kolam

Langkah awal adalah pemilihan tempat pembesaran. Kebanyakan pembudidaya memilih membangun kolam sebagai sarana pembesaran. Jenis kolam pun beraneka ragam. Ada yang dibuat permanen dengan dinding plester, bambu, ada pula yang hanya beralaskan terpal, plastik atau jaring. “Bentuk kolam di tempat saya macam–macam. Ada bak permanen, ada terpal dan plastik. Pokoknya semua saya coba,“ ungkap Agung Herawan, pengusaha belut yang farm-nya bernama 11-12 di Linggajati, Indramayu.

Metode lain menggunakan drum sebagai tempat budidaya, seperti yang selalu digemborkan Ruslan Roy dalam setiap seminarnya. Menurut pengusaha sekaligus eksportir belut ini, drum sangat cocok bagi pebisnis yang baru memulai usaha pembesaran. Selain biaya murah, risiko kegagalan pun dapat ditekan. “Saya berikan motivasi ke masayarakat dengan kondisi seadanya. Ini sesuai dengan keadaan masyarakat kita, sebab dengan investasi besar kita harus siap menghadapi risiko,“ jelas pemain yang sudah terjun di bisnis belut sejak 1987 ini.

Sumber: AGRINA , September 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar