Sabtu, 02 Mei 2009

Riau Akan Bangun Pabrik Ikan Villet di Kampar

ImageRencana pembangunan pabrik ikan villet (daging bersih) di Kampar segera memasuki tahap pelaksanaan. Diperkirakan, April 2009 nanti penawaran pembangunan pabrik ikan villet akan dimulai, lokasinya di Desa Koto Perambahan, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Tergetnya akan merambah pasar ekspor.


Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Tengku Dahril, pada acara ekspos PT Kamparikom di kediaman Gubernur Riau, Jl. Gajah Mada, Pekanbaru,Kamis (19/3/2009) mengatakan, Pemprov Riau dan Pemkab Kampar hanya sebagai penyerta modal dalam pembangunan pabrik tersebut. Sedangkan pembangunannya dilakukan oleh PT Bonekom dan pengelolaannya dilakukan PT Kamparikom.

”Anggaran yang dibutuhkan pada tahap awal ini sekitar Rp 10 miliar sampai Rp 15 miliar lebih. Dengan rincian anggaran 38% dari Bonekom yang akan membangun pabrik ikan, Pemkab Kampar 38% dan Pemprov Riau 28%. Pihak BI (Bank Indonesia) juga sudah menyanggupi untuk memfasilitasi pembangunan pabrik pengolahan ikan ini. Kalau anggaran yang dibutuhkan hingga selesai yaitu sekitar Rp 200 miliar,” jelas Dahril kepada riaubisnis.com.

Dahril mengungkapkan, pembangunan pabrik ikan itu pelaksanaannya akan memakan waktu sembilan bulan hingga setahun. Kebutuhan awalnya, 30 ton ikan jenis patin dan nila untuk diolah menjadi ikan villet, yaitu sejenis produk ikan yang dibuka tulang dan kulitnya baru dipasarkan. ”Produksi awal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, setelah cukup berkembang baru kita lakukan ekspor ke luar. Target kita yang pertama adalah ke Timur Tengah, Eropa dan Amerika,” paparnya.

Untuk memenuhi kebutuhan ikan di pabrik pengolahan, kata Dahril, budidaya ikan juga akan dikembangkan di tiga sungai besar lainnya. Yakni Sungai Indragiri, Rokan dan Siak, serta daerah lainnya yang memiliki sungai dan berpotensi untuk menghasilkan ikan.

”Tadi perusahaan telah melakukan ekspos terkait dengan masalah internal publik dan perencanaan masyarakat. Karena ikan yang akan dikelola oleh pabrik nantinya merupakan ikan hasil masyarakat, di antaranya masyarakat inti yang tiap hari menghasilkan ikan 30 ton dan akan dikembangkan menjadi 80 ton perhari. Hingga 2018 produksi ikan petani di Riau kita harapkan telah mencapai 180 ton per hari,” ujar Dahril.

Dahril menambahkan, Gubernur Riau sangat mendukung rencana pendirian pabrik pengolahan ikan pertama di Riau tersebut. Untuk itu, dia berharap sungai-sungai lain yang ada di Riau bisa dikembangkan sehingga dapat membangun pabrik pengolahan yang sama. ”Untuk wilayah Kampar saja produksi ikannya saat ini sudah mencapai 52-60 ton per hari. Khusus patin baru sekitar 50% dari jumlah produksi. Namun demikian, produksi ikan ini sudah sangat memungkinkan untuk didirikan pabrik pengolahan ikan villet,” ungkapnya.

Untuk pemasaran ikan hasil produksi, rencananya dilakukan langsung kepada konsumen dalam dan luar negeri, serta pemasaran dalam bentuk olahan. ”Sampai saat ini Riau telah menghasilkan 10 produk turunan ikan. Seperti ikan salai, nugget ikan patin, kerupuk, bakso ikan, burger, roti naga dan banyak lagim,” kata Dahril.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kampar, Zulher mengatakan, Pemkab Kampar sudah lama menginginkan adanya pembangunan pabrik pengolahan ikan. Karena potensi ikan yang ada di daerah itu, sudah mendukung didirikannya sebuah perusahaan pengolahan ikan, baik ikan patin maupun ikan nila.

”Bupati Kampar sangat komit untuk mendirikan pabrik pengolahan ikan. Ini merupakan satu-satunya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Apalagi visi Kampar ingin menjadi pusat agribisnis. Untuk sarana dan anggaran kita sudah siap,” ucap Zulher, tanpa menyebutkan secara rinci berapa anggaran tahap awal yang akan disediakan oleh Pemkab Kampar, untuk mendukung pembangunan pabrik pengolahan ikan villet itu. (*)


sumber: RiauBisnis, Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar