Sabtu, 02 Mei 2009

Hitung Untung Budidaya Belut


Penghujung November 2008, senyum Ifan Gunawan merekah. Maklum dari kolam terpal berukuran 5 m x 5 m pembudidaya belut di Kuningan, Jawa Barat, itu sukses memanen 300 kg belut seukuran jempol orang dewasa, atau sekilo isi 10-20 ekor. Angka itu diperoleh dari 30 kg bibit seukuran sedotan yang ditebar 4 bulan lalu.

Kunci sukses Ifan memelihara Monopterus albus itu salah satunya kualitas bibit. 'Jangan membeli bibit hasil setrum. Dalam waktu 2-3 hari pasti langsung mati,' kata ketua Ciremai Belut Center itu. Selain itu ketersediaan pakan menjadi modal utama sebelum memulai usaha pembesaran. Ifan mengandalkan cacing tanah Lumbricus sp sebagai pakan utama. 'Kebutuhannya cukup besar,' imbuh Ifan. Sebulan pertama, misalnya, Suami Hj Ernawati itu rutin mencemplungkan 1,5 kg/hari cacing. Bulan ke-2, 2 kg/hari, bulan ke-3, 2,5 kg/hari, dan bulan ke-4,3 kg/hari.

Karena itu Ifan sengaja menernakkan cacing dalam 108 terpal berukuran masing-masing 90 cm x 70 cm. Tiga minggu kemudian 100 kg induk yang dibeli seharga Rp50.000/kg sudah mencetak cacing muda. Pantas setiap hari Ifan memanen 30 kg cacing. Angka itu lebih besar daripada kebutuhan pakan untuk belut.

Soal pemasaran, menurut Ifan bukan kendala. Pengepul-pengepul di Kuningan dan Bandung siap menerima berapa pun hasil panen. Tentu saja dengan harga standar, sekitar Rp25.000-Rp27.500/kg. Harga itu lebih tinggi daripada tangkapan alam, Rp20.000/kg. Inilah hitung-hitungan usaha budidaya belut.

Sumber: Trubus, Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar